kedai estetik
berbahasa dengan jujur

La Ode Gusman Nasiru

La Ode Gusman Nasiru, lahir di Bau-Bau 18 Juni 1989. Pria yang giat mengikuti perkembangan sastra dalam berbagai diskusi pertemuan sastra ini, giat menulis cerpen dan puisi. Beberapa karyanya termuat di Fajar Online, Dinamika (Bandar Lampung), Kendari Pos (Kendari), Timur Merdeka (Kendari), dan Tabloid Oase (Kendari). Puisinya dimuat dalam antologi puisi “Pagi yang Mendaki Langit” (Mahasiswa Kelas Menulis Kreatif 2009) dan “Dua Sisi Mata Cinta” yang memuat puisi sebagai juara pertama dan cerpen sebagai juara ketiga. Cerpen “Merah Hujan Senja” menjadi Juara I Sayembara Cerpen Antinarkoba Provinsi Sulawesi Tenggara. Kini tengah menempuh pendidikan S1 pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah FKIP Universitas Haluoleo, Sulawesi Tenggara. Menetap di Jln. Bunga Matahari 1, Lr.1, No.1, Kelurahan Lahundape, Kendari Barat, Kendari, Sulawesi Tenggara. (085241537923)













BUKIT PASIR SAJADAH YOHANA
Karya: LD. Gusman Nasiru

Seperti sayap jibril meranggas meenuhi bukit pasir yang gigil dihujani malapetaka.
Terpintal doa-doa yang terlampau kental sebagian menukil dari ayat kitab berleleran
memenuhi Gaza. Jalur ini membangun terusan air mata dari bahsa jerit kanak-kanan.
Sebagian menepi pada aroma darah. Sebab pembantaian adalah maut yang berlari
disetiap perbatasan siang dan malam.
Tepi barat. Mereka mengirim celaka disetiap ledakan rudal. Melenyapkan kampung
halaman para babi dari peta dunia apa yang lebih keu pahami selain kematian yang
amis disitu mereka telah membangun seribu prasasti depan pintu surga.
Betapapun yag menyeret diri menunjuk angka malam desembeli hak lupa mengiri setitik
harapan disela-sela aroma tangis dan jerit kematian yang telah terduga dan malu ini
kami jinjing di atas kepala memperhatian kepada dunia bahwa kami berhasi terusia
dari kami sendiri.
Jangan lupa menyapa tanah kami disetiap shalat yang kau rancang di atas sajadahmu,
Yohana.
-Ahlan wa sahlan-
03:28 a.m.
23-04-09


Ulasan puisi:
JALAN DI BALIK “BUKIT PASIR SAJADAH YOHANA” KARYA LD. GUSMAN NASIRU
Oleh: Egan Sumaria (A1D1 09 015)






AROMA PESTA DEMOKRASI


Sebentar lagi pesta itu datang. Orangorang menunggunya
tidak dengan menyiapkan kostum pangeran dan cinderella
negeri dongeng atau air mata yang mengkristal menjelma sepatu kaca.
Sambutan tak begitu beda dengan keriuhan gemerlap menyambut hilal pada pintu ramadan yang penuh syukur.
Kami terlambat pada satu nasib yang sama. Melarat. Maka janji yang diteriakkan lantang menantang matahari membawa kami ke alam mimpi dangan imajiimaji liar tentang masa depan dan kebahagiaan.
Kami semakin terharu menyaksikan orangorang memakai topeng berubah figur
menguasai tiap kolom media masa mengumandangkan sumpah tentang
perubahan lebih agung dari ayat kitab suci atau seruan tuhan lewat sengau azan hingga denting lonceng yang murni.
Di setiap simpangan dengan atau tanpa traffic light
mereka akan menjadi pusat rotasi yang menarik setiap mata meliriknya.
Seperti terhipnotis kami mengucap syukur atas senyum yang terukir lembut depan pipih baliho atribut kampanye yang menambah riuh meriah pemandangan kota.
Serta kerelaan segenap jiwa raga mereka yang sanggup berkorban mennyogokkan sembako
dan hidup serba gratis atau pidatopidato argumentatif yang berebut
menendang gendang telinga membawa kami berdiri tepat di titik garis khayal.
Hingga parahnya, kami tak mampu membedakan bisikan setan yang terkutuk
dengan satu dua sisa kemanusiaan yang mereka tinggalkan.
Ini bukan kejutan atau hujatan. Sungguh. Atau berangkali kami terlampau bodoh
tak mampu memahami visi-misi jangka panjang maupun pendek
yang dirancang begitu rupa yang sebenarnya akan membahagiakan hidup kami kelak?
Barangkali iya. Karena yang buat orangorang yang konon inteligen dan berhati mulia seperti kapas,
yang justru membentangkan jarak sejauh dua kutub bumi dengan kami yang berbau karingat dan lengket daki di setiap julur lengan dekil kami.

Kalau begitu, sekali ini saja pasang telinga baik-baik. Kami tak akan kenyang dengan senyuman.
Anakanak kami tak akan tertidur dengan lelap dengan lantunan janji kosong.
Kami tak lagi dungu-barangkali-dan mampu dikibuli dengan kekuasaan dan imingiming.
Kami masih punya tuhan di sana yang mendengar segala derita dan keluhan. Maka berjalanlah sesuai mau kalian, tapi camkan, kami tak akan melongo dan tinggal diam jika kalian macammacam!

Kendari, 27 Maret 2009



0 komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman

Pengikut

Zona Kendari

Sign by Danasoft - Get Your Free Sign


Kedai Estetik : Berbahasa dengan jujur.

merupakan ruang publikasi Mahasiswa | Program Mata Kuliah kajian Puisi tahun 2010/2011 | Program Studi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia | Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan | Universitas Haluoleo | Kendari Sulawesi Tenggara Indonesia.

facebook

Recent Comments kedai estetik